Jumat, 09 Maret 2012

Carpal Tunnel Syndrome

Carpal Tunnel Sindrom adalah kelainan pada daerah pergelangan tangan akibat kompresi nervus medianus oleh ligamen transversum. Ligamentum Transversum adalah ligamen yang berjalan melintang di daerah pergelangan tangan dan membentuk ruang di bagian bawahnya yang biasa disebut dengan carpal tunnel. Pada daerah carpal tunnel dilalui oleh n.medianus dan beberapa tendon muskulus flexor.

Gejala klinis yang muncul adalah nyeri di daerah volar dan pergelangan tangan dari salah satu atau kedua tangan, kesemutan (parestesi), mati rasa (numbnesss), dan terbakar (burning) yang dirasakan di jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis. Sensasi tersebut dapat mejalar sampai ke lengan dan bahu. Pada jari ke lima, jarang atau hampir tidak pernah dijumpai keluhan. Apabila hal ini berlangsung lama maka keluhan mati rasa akan bertambah hebat, dan kemampuan untuk membedakan sensasi, serta daya menggenggam tangan menurun. Gejala klinis umumnya bersifat progresif dalam kurun waktu minggu, bulan, ataupun tahun, dan keluhan seringkali muncul di waktu malam hari saat pasien istirahat.

Carpal Tunnel Syndrome sering dijumpai pada orang-orang yang pekerjaannya melibatkan gerakan tangan berulang-ulang, misalnya pada pemakai komputer, alat musik, alat menjahit, mencuci dengan tangan, dan guru. Kondisi medis tertentu seperti diabetes, kehamilan, rheumatoid arthritis, dan thyroid disease sering dikaitkan dengan munculnya carpal tunnel syndrome.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik (Pray test dan Fallen test) dan pemeriksaan nerve conduction velocity dan electromyograph. Pray test dan Fallen test dilakukan selama satu menit, dan apabila pasien menderita carpal tunnel sindrom maka akan timbul parestesia.

Terapi dapat dilakukan secara konservatif maupun operatif. Sampai saat ini terapi konservatif dengan pemakaian wrist splint dan akupuntur menunjukkan hasil yang memuaskan. Wrist splint dipakai saat tidur dan terapi akupunktur dilakukan secara berseri dengan interval 2-3 kali perminggu. Injeksi lokal kortikosteroid bisa dipertimbangkan apabila dengan terapi akupunktur, pemakaian wrist splint, dan modifikasi pekerjaan belum mencapai hasil yang memuaskan. Sedangkan terapi operatif hanya dilakukan apabila terapi konservatif mengalami kegagalan dan apabila dijumpai kelemahan atau atrofi muskulus Thenar.

Categories:

0 comments:

Posting Komentar